Sinta, apa aku kelihatan seperti orang yang sedang marah, ya? Apa aku terlihat kesal?
Bagaimana tidak, kamu tahu sendiri kalau aku sedikit cemburuan (atau mungkin banyak), apalagi kalau aku tahu kamu diajak ke mana-mana atau melakukan apa-apa tanpaku.
Iya, sih… enggak apa-apa, sih… bukan apa-apa, sih… lagian apa yang bisa aku lakukan dengan itu selain cemburu.
—Ahh, lagi-lagi, Ram, lebay banget.
“Tapi, Ram, jenengan kan di Jakarta, dia kan di sana… ya suka-suka dia dong mau ke mana kek, ngelakuin apa kek, suka-suka dia dong. Bukan suka-suka jenengan. Kangenmu enggak ngefek, tau.”
“Yaudah lah, ya, Rahh.”
“Lagian, bukan berarti kalau jenengan menjaga hatinya, dia akan menjaga hatimu, kan?”
“Apasih, Rahh… lebay, lebay, lebay.”
“Heuheuheu.”
“Yaudah lah, ya, Rahh.”
Yasudahlah, Sinta. Kesal pun tidak berdampak apa-apa, jadi lupakan saja. Ticket-ku masih banyak, query-ku masih error, aplikasiku masih harus dikembangkan, aku harus ngurusin keperluan wisuda, pindahan, di kantor juga mikirin meeting, belum lagi bla-bla-bla yang lain. Banyak yang harus dipikirkan selain kesal yang tidak penting ini, Sinta. Jadi… yah, lupakan saja.
Walaupun kesal, aku tetap padamu, Sinta. Jangan takut, hehehe… nanti juga reda sendiri.
Aduh, aku sampai lupa mau bilang apa. Juga lupa bilang selamat malam.
Jadi… malam ini bulannya terang, ya?
…
…
Ahh, sepertinya lain kali saja, ya, Sinta. Banyak yang mau disampaikan, banyak yang disimpan-simpan, banyak cerita yang mau dibagikan… tapi… yaa, lain kali saja, ya.
Anyway, good night.
—Rama
Previous